tag:blogger.com,1999:blog-73353378350655223902024-03-05T08:15:18.306+00:00Legenda Reog PonorogoIblhiz Kedhipz Lapendozhttp://www.blogger.com/profile/00882992723017174082noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-7335337835065522390.post-41601498285117628082011-02-19T16:04:00.001+00:002011-02-19T16:12:06.063+00:00<div class="fullpost"><h1 id="watch-headline-title"><span class="" dir="ltr" id="eow-title" title="barong-singomangkujoyo.mpg">barong-singomangkujoyo.mpg</span></h1><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/VXixzzqA8Qc?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div><h1 id="watch-headline-title"><span class="" dir="ltr" id="eow-title" title="barong-singomangkujoyo.mpg"><a href="http://www.youtube.com/watch?v=VXixzzqA8Qc&feature=related"><br />
</a> </span></h1></div>Iblhiz Kedhipz Lapendozhttp://www.blogger.com/profile/00882992723017174082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7335337835065522390.post-72823862569098604692011-02-18T18:39:00.008+00:002011-02-18T21:05:05.476+00:00Legenda REOG PONOROGO dan WAROK<h2 style="background-color: black; color: red;"><span style="background-color: black; color: red;">Legenda Reog dan Warok Ponorogo</span></h2><div class="separator" style="background-color: black; clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpBi435F_hTc8X6eXWJIo19erJCq7ayNJyZHDw0APusJv1n8toRWzwQgQuROxVuHyOI_X_qTWhsBYkxJojUCyjJwrvwzIkyt4YPniVywRM0903IMfFT9th0joUeDAz5G_AIy3IwzI-lyY/s1600/warok.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="234" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpBi435F_hTc8X6eXWJIo19erJCq7ayNJyZHDw0APusJv1n8toRWzwQgQuROxVuHyOI_X_qTWhsBYkxJojUCyjJwrvwzIkyt4YPniVywRM0903IMfFT9th0joUeDAz5G_AIy3IwzI-lyY/s320/warok.jpg" width="320" /></a></div><div style="background-color: black; text-align: justify;"><div style="color: white; margin: 0pt; text-align: left;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog Ponorogo. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Reog, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan supranatural. Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah kelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.<a name='more'></a></span><br />
<span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"><span class="hidenpost"> <span class="fullpost"> </span></span></span></div><div style="margin: 0pt; text-align: left;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiWaYrD_Vgkn3lSGgPu-x0AySFyXJwaihwUoGASdhOB-AIT7sWPLx2D52y62nhk5Ds-5QijTqiRGRQv_BPhlB5IQUP5Po-qK8IioenzL-PDfKgj6GFggbl5BzBvMqYsc-8cB5mofvpB0Y/s1600/reog.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiWaYrD_Vgkn3lSGgPu-x0AySFyXJwaihwUoGASdhOB-AIT7sWPLx2D52y62nhk5Ds-5QijTqiRGRQv_BPhlB5IQUP5Po-qK8IioenzL-PDfKgj6GFggbl5BzBvMqYsc-8cB5mofvpB0Y/s320/reog.jpg" width="232" /></a></div><div style="margin: 0pt; text-align: left;"><br />
</div></div><div style="background-color: black; color: white; text-align: left;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Seorang pembarong, harus memiliki kekuatan ekstra. Dia harus mempunyai kekuatan rahang yang baik, untuk menahan dengan gigitannya beban “Dadak Merak” yakni sebentuk kepala harimau dihiasi ratusan helai bulu-bulu burung merak setinggi dua meter yang beratnya bisa mencapai 50-an kilogram selama masa pertunjukan. Konon kekuatan gaib sering dipakai pembarong untuk menambah kekuatan ekstra ini, salah satunya dengan cara memakai susuk, di leher pembarong. Untuk menjadi pembarong tidak cukup hanya dengan tubuh yang kuat. Seorang pembarong pun harus dilengkapi dengan sesuatu yang disebut kalangan pembarong dengan wahyu yang diyakini para pembarong sebagai sesuatu yang amat penting dalam hidup mereka. Tanpa diberkati wahyu, tarian yang ditampilkan seorang pembarong tidak akan tampak luwes dan enak untuk ditonton. Namun demikian persepsi misitis pembarong kini digeser dan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan rasional.</span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"> Menurut seorang sesepuh Reog, Mbah Wo Kucing “<i>Reog itu nggak perlu ndadi. Kalau ndadi itu ya namanya bukan reog, itu jathilan. Dalam reog, yang perlu kan keindahannya</i>“.</span></div><div style="background-color: black; text-align: left;"><br />
</div><div style="background-color: black; text-align: left;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; font-size: large;"><span style="color: red;"><b>Legenda Cerita Reog</b></span></span></div><div style="background-color: black; text-align: left;"><br />
</div><div style="background-color: black; color: white; text-align: left;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya.</span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"> </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. </span></div><div style="background-color: black; color: white; text-align: left;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya. </span></div><div style="background-color: black; color: white; text-align: left;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Reog mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Klana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad Klono Sewondono juga berkisah tentang cinta seorang raja, Sewondono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewondono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan patih dari Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewondono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singobarong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, sang raja pencari cinta.</span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"> </span></div><div style="background-color: black; color: white;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo.</span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"> </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: <i>Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa</i>. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.</span></div><div style="background-color: black; color: white;"><br />
</div><div style="background-color: black;"><span style="color: red; font-size: large;"><b><span style="font-family: Georgia;">Warok</span></b></span><span style="color: black;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"> </span></span></div><div style="background-color: black;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"><br />
</span></span></div><div style="background-color: black; color: white;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Warok sampai sekarang masih mendapat tempat sebagai sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan dunia spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya atas sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok konon harus menguasai apa yang disebut Reh Kamusankan Sejati, jalan kemanusiaan yang sejati.</span></div><div style="background-color: black;"><br />
</div><div class="separator" style="background-color: black; clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYLAGPjI3AhvzODQp6xbwkPgJavrUSa3CpEuCbG-J2BKFKbAnTpexa7EalvBS-Ai4xVdKqxNQvSzFSrXBctuSkvOlbUU4ZJ3MHj2WKumPouDZdRzxH7LrM6gpN67yZp-k_66D-4wiOo6Y/s1600/warok2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYLAGPjI3AhvzODQp6xbwkPgJavrUSa3CpEuCbG-J2BKFKbAnTpexa7EalvBS-Ai4xVdKqxNQvSzFSrXBctuSkvOlbUU4ZJ3MHj2WKumPouDZdRzxH7LrM6gpN67yZp-k_66D-4wiOo6Y/s1600/warok2.jpg" /></a></div><div style="background-color: black;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"> </span></span><span style="color: white;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam cerita kesenian reog. Warok Tua adalah tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adalah warok yang masih dalam taraf menuntut ilmu. Hingga saat ini, Warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan tidak sedikit cerita buruk seputar kehidupan warok. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Warok adalah sosok dengan stereotip: memakai kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian dan gemblakan.</span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Menurut sesepuh warok, Kasni Gunopati atau yang dikenal Mbah Wo Kucing, warok bukanlah seorang yang takabur karena kekuatan yang dimilikinya. Warok adalah orang yang mempunyai tekad suci, siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. “Warok itu berasal dari kata wewarah. Warok adalah wong kang sugih wewarah. Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik”.</span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">“<i>Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa”</i> (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).</span></span></div><div style="background-color: black; color: white;"><br />
</div><div style="background-color: black; color: white;"><b><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Syarat menjadi Warok</span></b><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"> </span></div><div style="background-color: black; color: white;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"><br />
</span></div><div style="background-color: black; color: white;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Warok harus menjalankan laku. “Syaratnya, tubuh harus bersih karena akan diisi. Warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan haus, juga tidak bersentuhan dengan perempuan. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Persyaratan lainnya, seorang calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar pandan, dan selamatan bersama. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Setelah itu, calon warok akan ditempa dengan berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan menguasai ilmu tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia memperoleh senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang berwarna putih, senjata andalan para warok. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Warok sejati pada masa sekarang hanya menjadi legenda yang tersisa. Beberapa kelompok warok di daerah-daerah tertentu masih ada yang memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai seseorang yang dituakan dan disegani, bahkan kadang para pejabat pemerintah selalu meminta restunya.</span></div><div style="background-color: black;"><br />
</div><div style="background-color: black;"><span style="color: lime;"><b><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Gemblakan</span></b></span><span style="color: black;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"> </span></span></div><div style="background-color: black;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"><br />
</span></span></div><div style="background-color: black; color: white; text-align: left;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Selain segala persyaratan yang harus dijalani oleh para warok tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan <i>Gemblakan</i>.</span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"> </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Dahulu warok dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">usia 12-15 tahun berparas tampan dan terawat yang dipelihara sebagai <i>kelangenan</i>, </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">yang kadang lebih disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang telah berakar kuat pada komunitas seniman reog. Bagi seorang warok hal tersebut adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat. Konon sesama warok pernah beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak. Biaya yang dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak murah. Bila gemblak bersekolah maka warok yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping memberinya makan dan tempat tinggal. Sedangkan jika gemblak tidak bersekolah maka setiap tahun warok memberikannya seekor sapi.</span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"> </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Dalam tradisi yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh bila seorang warok rela tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal itu konon merupakan sebuah keharusan yang berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian. </span></div><div style="background-color: black; color: white; text-align: left;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya agar bisa mempertahankan kesaktiannya. Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan intim dengan perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh kesaktian warok. Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Praktik gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik homoseksual karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"> </span></div><div style="background-color: black; color: white;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam hubungannya dengan gemblakan. Di masa sekarang gemblak sulit ditemui. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Tradisi memelihara gemblak, kini semakin luntur. Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.</span></div><div style="background-color: black; color: white;"><br />
</div><div style="background-color: black;"><span style="color: red; font-size: large;"><b><span style="font-family: Georgia;">Reog di masa sekarang</span></b></span><span style="color: black;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"> </span></span></div><div style="background-color: black;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"><br />
</span></span></div><div style="background-color: black; color: white; text-align: left;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Seniman Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah seni turut memberikan sentuhan pada perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni memperkenalkan estetika seni panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka jadilah reog ponorogo dengan format festival seperti sekarang. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Ada alur cerita, urut-urutan siapa yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir. Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol. </span><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;">Beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang anggotanya terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ambil bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya. </span></div><br />
<div style="background-color: black; text-align: left;"><br />
</div><div style="background-color: black; text-align: left;"><br />
</div><div class="separator" style="background-color: black; clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBMdgjJywlKyldFXB6_rDagNldYAB8A3G_C84Yy_Ip0euwIbKH13AECoASBrQwLuFdpWPuOkAZlS4Oxx_BArQ4-yk5nxstRY4jYmID98SG3Rsl8qNKRJhUDx3fbr_GOaUqGtG-wG6pY-U/s1600/10798717.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBMdgjJywlKyldFXB6_rDagNldYAB8A3G_C84Yy_Ip0euwIbKH13AECoASBrQwLuFdpWPuOkAZlS4Oxx_BArQ4-yk5nxstRY4jYmID98SG3Rsl8qNKRJhUDx3fbr_GOaUqGtG-wG6pY-U/s320/10798717.jpg" width="320" /></a></div><div style="background-color: black; text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Georgia; font-size: 11pt;"><br />
</span></span></div>Iblhiz Kedhipz Lapendozhttp://www.blogger.com/profile/00882992723017174082noreply@blogger.com1